Aninda


Kita tidak pernah tau, kapan ajal menjemput kita. Jodoh, mati, rezeki, sudah ada yang mengaturnya. Sekuat apapun rencana kita, akan kalah dengan rencana-Nya. 

"Sudah to dek, jangan nangis terus" ucapku perlahan menenangkan Aninda yang terus menangis. 

"Dia sudah janji ga bakal ninggalin aku lho mbak, dia janji bakal jagain aku" terdengar suaranya lirih. 

"Iya, mbak tau. Tapi kita bisa apa, kalau Allah sudah berkendak. Ini sudah takdirmu. Insyaallah nanti kamu dapat ganti yang lebih baik dari dia. Bukan berarti dia tidak  baik, dia baik teramat baik makanya dia enggak mau nyakitin kamu. Ini memang sakit, tapi kamu bisa lewatin semuanya."

Aninda masih menangis semakin terisak.
Aku tak mampu menahan air mata yang sedari tadi coba kutahan. 
Bagaimana keadaannya saat ini, pikiranku tak karuan. Siang tadi, tepat pukul 14.00 Wib aku menerima kabar darinya. 
Bagaikan petir di siang bolong, aku sama terkejutnya. Rasa tidak percaya, berharap semuanya ini mimpi.

Siapa yang mengira rencananya menikah akan gagal. Seminggu yang lalu mereka masih bertemu, masih saling bercanda. Kini hanya tinggal kenangan saja. Rencana-Nya sungguh di luar dugaan kita sebagai manusia biasa. 

Aku sempat menggoda Aninda waktu main ke rumah. 

"Dewa ajakin main ke sini Dek" 

"Iya Mbak, orangnya masih sibuk ngurusin karang taruna, banyak yang hajatan jadi dia bantu-bantu " ucapnya saat itu.

Aku termenung mengingat saat Dewa akan mengantarkan Aninda ke terminal bus sore itu. Aku sempat memintanya untuk mampir ke rumah. Dewa hanya menjawab iya sambil tersenyum. Tak ku sangka, itu pertemuan terakhirku dengannya.

Seminggu berlalu sejak keberangkatan Aninda ke Jakarta. Siang ini aku mendapat kabar. Tapi kabar yang kudapat nyatanya membuat semua keluarga menangis. Aku mencoba menguatkan Aninda, meski aku tau dia bakal terpuruk dengan keadaan ini. Jarak yang memisahkan mereka, membuat Aninda tak bisa langsung pulang ke rumah. Pekerjaan juga yang membuat Aninda tak bisa meninggalkan ibukota. Hari demi hari dia lewati dengan berat. Setiap hari aku coba kuatkan dia meski hanya lewat pesan suara. 

Menjelang tujuh hari kepergian Dewa, akhirnya Aninda pulang. Kutemani dia ke tempat peristirahatan terakhir Dewa. Aninda kuat, Aninda pasti bisa lewati semuanya. 
Dewa sudah tenang di surga. Sudah bahagia di tempat seharusnya. 
Semoga semuanya secepatnya kembali seperti sediakala. Aninda yang ceria, Aninda yang kuat, Aninda yang selalu buat orang sekitarnya bahagia. 

Aninda,
Percayalah, suatu saat akan hadir seseorang yang membuatmu bahagia. Seseorang yang menerima kamu apa adanya. Seseorang yang memang ditakdirkan untukmu bukan hanya menjaga tapi juga menemani hingga tua nanti. 

Relakan yang tiada. Jangan kau beratkan dia dengan air mata. Dia sudah bahagia . Sudah tenang di surga-Nya. 












Komentar