Cerita Tentang Cinta

    Menjelang malam aku pulang ke rumah. Lelah dan penat menyerang seluruh tubuhku, ditambah lagi derasnya hujan yang mengguyur kotaku sejak sore tadi. Rasanya ingin langsung merebahkan tubuh ini pada kasurku yang empuk dan nyaman. Tetapi niat itu kuurungkan saat aku melihat anakku yang masih berusia 7 tahun menyambutku di depan pintu. Lelah dan penat sudah hilang ketika aku melihat senyum dan tawa polosnya. Dia menghampiri dan memlukku erat.
    "Aku rindu sama Ibu," ucapnya seraya mencium pipiku lembut.
  "Ibu juga rindu sama kamu, Nak. Gimana kabarmu? Kamu baik-baik saja, kan?" balasku seraya mengelus rambutnya.
    "Aku baik-baik saja kok, Bu. Oh iya, Bu, aku mau tanya, Ayah di mana? Kenapa tidak ikut pulang bareng Ibu? Apakah Ayah sudah sayang sama aku lagi?" 
    Aku tertegun sesaat dan menyuruhnya masuk ke kamar. Waktu sudah larut, dia harus tidur lebih awal, mengingat esok dia harus pergi sekolah. Dia masih menunggu jawaban dariku ketika aku mengikuti langkahnya. Setelah dia membaringkan tubuhnya, aku mendekat ke sisinya dan mengecup keningnya pelan.
    "Kok Ibu tidak menjawab pertanyaanku?" tanyanya lagi setelah melihat aku hanya diam sedari tadi.
    "Ayah sedang pergi jauh, Nak, dan mungkin tidak akan pulang lagi," jawabku sambil menunduk lebih dalam. Aku tidak mau air mataku yang menetes terlihat olehnya. Sudah sejak 3 tahun lalu ayahnya meninggal dunia akibat kecelakaan. Namun, sampai saat ini aku belum berani jujur pada anakku tentang hal ini. Setiap kali dia menanyaka ayahnya, aku hanya mampu membohonginya saja. Rasanya aku masih belum tega ketika harus jujur padanya. Dia masih terlalu kecil untuk mengerti sebuah kehilangan.


==> Bersambung....

Komentar