“Apalah arti pertemuan, jika sebenarnya yang
berseberangan adalah keyakinan”
Betapa kini kusadari, bahwa dulu, sering kali
aku menduga-duga. Atas rasa yang hingga kini tak kutemukan jua titik terangnya.
Mencari jawaban di ruang kepala, aku hanya bersua andai yang sia-sia. Menerka bahagia
yang sebenarnya adalah fatamorgana. Aku hanya tidak mengerti, ternyata
memahamimu sesulit ini. Sungguh sampai kini, posisimu tak akan pernah terganti;
meski kau sudah berkekasih (lagi).
Malam panjang adalah sebuah penantianku untuk
mendengar keluhmu. Walau hampir tiap malam, pembahasan serupa kerap kali kauceritakan.
Aku tak akan bosan, lebih tepatnya aku tidak akan pernah merasa bosan. Meski pada
cerita yang kesekian, perihalku sekali pun tak pernah kaupertanyakan.

Komentar
Posting Komentar