Gadis Luka


  Aku, si gadis sederhana yang tak punya rumah untuk berkeluh kesah. Si gadis sederhana yang kehilang arah. Si gadis bisu yang penuh luka lebam yang kian membiru, si gadis ceroboh dengan ribuan tusukan duri di kakinya yang kini tertutup darah dan bernanah. Ini bukan lagi hanya luka fisik, tapi juga luka batin yang menganga lebar tanpa di obati.

  Ya, aku si gadis yang air mata nya tak lagi mampu turun karena sudah sering kali menangis tanpa henti, mungkin jika lagi lagi ku paksa maka darah yang akan mengalir. 

  Hidupku tak seindah yang terlihat teman, kau mampu menikmati tawaku tapi maaf tak kan ku perlihatkan lukaku.

  Aku hilang arah, aku buta, aku tuli, aku bisu, aku cacat kepada diriku sendiri sedangkan di hadapan dunia aku sempurna tanpa cela. Bisa kau bayangkan betapa indahnya topeng yang selalu ku pakai? Terkadang tertawa tanpa beban lalu diam-diam menangis dengan isakan di gelap malam. 

  Di atas ranjang empuk milikku, aku bergelung dengan selimut hangat kala dingin menyeruak, aku menatap langit-langit dengan tatapan kosong dan isi kepala yang tak bisa diam terus melolong bagai anjing liar yang kelaparan, lalu di susul air mata yang turun tanpa bisa ku cegah.

  Tapi kau tau satu hal, ternyata kesadaranku tak sepenuhnya menghilang. Karena aku sadar ada Tuhan yang menatapku dengan kasih sayang, masih ada satu tempat untukku berkeluh kesah di atas sajadah dengan tangan yang mengadah dan mata yang terpejam pasrah. Aku menangis dan mengadu layaknya seorang anak yang kehilangan balon merah, memang tak ada jawaban tapi aku tau ada Tuhan yang mendengarkan. Meski terkadang aku datang hanya ketika di patahkan oleh keadaan, lalu menangis sesegukan seolah hidupku yang paling mengenaskan padahal kemarin aku abai akan Tuhan, maafkan aku Tuhan biarkan kali ini aku kembali memohon ampunan dan pertolongan karena sungguh aku tak lagi mampu berdiri tegak tanpa pegangan, dunia begitu menuntutku menjadi sempurna padahal aku hanya seorang hamba yang penuh luka. Ku pejam erat mataku yang berlinang air mata, sungguh maafmu seluas samudra, Engkau menyadarkanku bahwa inilah ujian yang hanya aku yang mampu melaluinya. Hingga aku selesai bercerita dan kembali ke atas pembaringan, memejamkan mata dengan mulut yang tak henti mengucap doa. Karena esok masih ada hari di mana aku akan kembali berperang dengan topeng yang berbeda dan si gadis sederhana ini esok hari sudah di tuntut untuk kembali sempurna di hadapan dunia dan manusia. Jika masalah luka biarlah aku ceritakan di hadapan yang Maha Esa saja. Untuk hari ini, ku akhiri dengan tangis di malam sepi seperti hari-hari kemarin yang tak di ketahui. 

  Aku si gadis sederhana berdiri kuat di atas bentala dengan senyuman yang jemawa. 

  Untukmu yang juga di tuntut untuk selalu bahagia lalu merasa ingin menyerah dengan kehidupan dunia ingatlah masih ada Tuhan yang selalu bersedia menerimamu meski kau tak sempurna di mata dunia.

Komentar