Kematian adalah Misteri, Begitu Juga Hidup adalah Skenario Illahi

 





Tidak aku sangka, skenario ini belum juga mereda. Aku kehilangan sosok yang paling aku sayangi dan Allah Swt. lebih menyayanginya. Malam itu, sebelum ia pergi aku datang untuk menengoknya dan kebetulan saja aku tidak bisa tidur.

“Babe (sebutan untuk bapak), aku enggak bisa tidur pengen nengokin mbah kakung."

“Ya, kesana to... kebetulan babe juga habis dari sana."

“Ok, be... pintunya di kunci enggak?”

“Ya, enggak to ... nanti pintunya ditutup lagi," sambil duduk di kursi teras.

Setelah itu, aku buka pintu mbah kakung perlahan-lahan agar tidak terdengar suara.

“Mbah, si mbah cepat sembuh ya... lekas sehat lagi," bisikku di telinga kirinya.

Aku pegang tanggannya yang masih bernada dan terasa hangat, aku usap keningnya bercucuran keringat. Dadanya masih berdetak normal dan tiba-tiba.

“Mbah, si mbah kakung bangun?” tanyaku lirih.

Namun, mbah kakung hanya tersengal-sengal napasnya dan mungkin ingin menjawab pertanyaanku tadi.

“Ya sudah, mbah kakung istirahat ya... bobok yang nyenyak. Aku tinggal tidur dulu," sambil mencium keningnya.

Sambil kututup pintu, dan menitihkan air mata. Jujur aku tidak sanggup menahan sakit yang dirasakan mbah kakung. Beliau adalah sosok yang baik dan dermawan. Beliau juga tidak membedakan cucunya.

“Udah kamu tutup pintunya, Nak?” tanya babe.

“Sudah be, aku masuk kamar dulu ya mau tidur."

Keesokan harinya, aku ingin sekali melihat mbah kakung sebelum berangkat kerja. Namun, waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 aku segera bergegas untuk berangkat kerja tanpa ke rumah si mbah terlebih dahulu. Sampai di sekolah, pikiranku tidak tenang dan ingin segera pulang ditambah lagi ada kejadian kabel laptopku yang terbakar.

Kebetulan, hari ini aku full kerja karena tugas yang harus segera diselesaikan. Mengurus pemberkasan administrasi sekolah. Tidak terasa, waktu sudah menjelang sore. Aku siap-siap pulang dan menjemput ibu dari tempat kerjanya. Tiba-tiba setelah kami sampai di rumah dan belum sempat masuk ke dalam rumah aku dan ibu sudah bertanya-tanya.

“Bu, kok tumben pintu rumahnya mbah kakung tutup?" tanyaku.

“Ya ibu juga tidak tahu, nak. Bapakmu sepertinya di dalam," sambil aku masukkan



motor ke dalam rumah.

“Ya udah bu, kita mandi dulu habis itu salat mahrib terus ke rumahnya si mbah."

“Iya, kamu segera mandi dulu sana. Ibu sudah mandi di tempat kerjanya ibu, ini ibu mau ke musala dulu ya. Berani, kan?” tanya ibu.

“Berani bu, kayaknya itu suara bapak di kamar mandi," bergegas tanya.

“Gimana mas, mbah kakung?” serobot ibu yang kebetulan belum berangkat ke musala.

“Mas tadi habis manggil Pak RT dan kata Pak RT, mbah kakung sudah tidak ada."

“Apa be, mbah kakung meninggal maksudnya?”aku kaget.

“Iya. Kamu yang tabah dan sabar ya, Nak."

“Ya udah, kamu mandi sana habis itu salat mahrib dulu. Ibu tak ke musala dulu."

“Iya, Bu," seakan hatiku terasa terpukul.

Tidakku sangka, sosok kakek yang begitu menyayangiku pergi secepat itu. Aku bergegas mandi, salat dan langsung menuju ke rumah mbah kakung. Aku melihat jasad terbujur kaku seperti layaknya orang tidur. Aku buka kain jarit menutup tubuhnya. Kubuka perlahan dan menatap wajahnya perlahan. Aku cium keningnya dan seketika air mataku menetes perlahan karena tidak sanggup menahan ini semua. Jujur, hatiku sangat berat untuk melepas beliau. Diriku tak sanggup menahan skenario ini. Kemudian, kepalaku bersandar didadanya dan berkata.

“Kakung, kenapa kamu tinggalkan aku dan adik secepat ini. Padahal baru tadi malam aku berbisik di telingamu, sudah tidak ada lagi yang menyayangi diriku dan adik. Sosokmulah yang mampu dan adil dengan semua ini. Kung... bangunlah... aku tidak mau kamu tinggalkan," air mataku bercucuran seperti derasnya air mengalir.

Diriku terasa sesak dan tak ingin meninggalkan tempat tidur ini. Aku duduk di samping jasad yang aku sayangi. Sampai jasad itu dimandikan, aku dan keluargaku masih tetap menunggunya. Semua ini seperti mimpi buruk untukku. Jiwaku seakan ingin menjerit. Namun, aku tersadar bahwa semua ini sudah menjadi takdir.


Karya Nur Syamsiyah

Komentar