Angin berhembus menerpa wajahku yang sedang mengendarai motor menuju rumah Arifa, murid privat mengaji.
"Assalamu'alaikum ...," ucapku.
"Wa'alaikumussalam, Bu. Silakan masuk!" jawab Ibunda Arifa.
Aku duduk manis setelah dipersilakan duduk sembari menunggunya yang tengah bersiap-siap.
"Ibu ...," sapanya dengan senyum manis, menampakkan gigi yang masih belum lengkap alias ompong.
Kami mulai belajar, diawali doa, mengulang dan menambah hafalan, lalu mengaji.
"Bu, Kakak mau tanya, boleh?" tanya Arifa ragu.
"Boleh. Tanya apa, Kak?"
"Bu, persahabatan itu apa?" tanyanya di sela-sela belajar dengan bermain pasir ajaib.
Waah, bagaimana menjelaskannya versi anak-anak ini, batinku.
Akhirnya dengan bahasa yang sederhana, aku menjelaskan bahwa persahabatan itu adalah teman dekat yang sering bermain dengannya di sekolah.
"Tapi, Bu, Kakak ada dengar dari Kak Tia itu, kalau bunga ini adalah tanda persahabatan dengan teman-temanku, katanya. Kakak nggak dikawannya Bu," ceritanya panjang lebar dengan wajah sedih khas anak kelas 1 SD .
Aku tersenyum dan nyaris tertawa mendengar penuturannya. Betapa polosnya anak ini. Untuk membesarkan hatinya agar tak bersedih lagi, kukatakan bahwa itu hanya tanda persahabatan. Dia memiliki banyak sahabat di sekolah, bahkan sering datang ke rumah. Semua orang menyayanginya.
Senyum manisnya kembali seperti semula, aku bisa melanjutkan materi hafalan yang belum tersampaikan di awal tadi karena disela pertanyaannya.
"Minum dulu, Bu," ujar Ibunda Arifa.
"Terimakasih, Bunda."
Aku minum dan makan tempe goreng yang disuguhkan setelah doa penutup. Aku, Arifa, dan ibunda saling bertukar cerita.
Jam di gawai sudah menunjukkan pukul 16.00, aku pamit pulang. Sering, Arifa meminta ikut denganku. Dipasangnya wajah memelas dengan mata yang dibuat berkaca-kaca khas Upin Ipin yang meminta sesuatu kepada Opah atau kak Rose. Sungguh imut tingkah polosnya.
Tamat
Negeri Di Atas Awan, 18 Agustus 2021
Komentar
Posting Komentar