Semilir angin berembus, membuat jilbab panjangku melambai-lambai pelan. Pandanganku tertuju pada seorang wanita tua berbaju biru muda dengan jilbab putih menutup dada, ditambah bawahan sarung polos berwarna biru tua. Kerutan telah terukir di wajah tanda usianya tak lagi muda, pun dengan kaki yang tak lagi kuat melangkah lebar, tapi keinginan kuat untuk beribadah ke masjid raya begitu terpancar dari sorot mata teduhnya.
Netraku tak lepas sampai sosoknya benar-benar hilang dari pandangan, beralih memandang pohon rindang tempatku berteduh saat ini. Mengipas tangan ke arah air bening yang hendak mengalir, tapi tetap saja lolos dengan mulus. Benar, kerinduan ini tak tertahan kepada ia yang telah lama pergi dari sisi.
***
"Mau makan apa?" tanyanya.
"Itu, Nek," jawabku, menunjuk tumpukan beraneka sayuran yang telah di potong-potong sedemikian rupa.
"Oh, gado-gado," ucapnya sambil tersenyum.
"Hehe, gado-gado namanya."
Aku dan nenek masuk ke warung itu, menikmati hidangan yang sudah dipesan. Beliau banyak bercerita tentang masa kecil dulu, aku selalu bersemangat mendengarkan. Tawa selalu mengiringi di sela kisah.
Setelah perut terisi, kami melanjutkan perjalanan ke pasar, berjalan-jalan. Memang setiap nenek pergi ke kantor pos, mengambil gaji veteran kakek dulu, aku selalu diajak untuk menemani.
"Mau warna apa saputangannya, Ta?"
"Enggak tahu," jawabku malu.
"Yang warna merah ini mau?"
"Mau, Nek, mau!" jawabku kegirangan.
Beliau memang suka mengoleksi, eh, bukan, tapi karena kalau sudah beli biasanya hanya bertahan sebulan, setelah itu entah di mana keberadaannya.
***
Terlintas ingatan masa bersamanya jika sudah ke kota ini, kantor pos yang sering dikunjungi, pasar yang sering disinggahi, dan jalan yang sering dilalui dengan hati riang. Cukup lama pergantian tahun kulewati bersamanya.
Hingga perjalananku dan beliau harus dihentikan oleh alam yang telah berbeda. Senyumnya terukir bagai lukisan terindah yang pernah tergambar saat napas tak tertembus lagi. Tak ada lagi yang mendongengiku sebelum tidur tentang berbagai kisah di masanya. Tak ada lagi yang mengerti keadaanku walau tak disebutkan.
Genap tiga tahun (3 Oktober), ia meninggalkan kenangan yang tak akan pernah hilang dari benak ini. Kerinduan tuk memeluk dan mencicipi masakan kesukaanku yang dibuatnya. Hanya saputangan ini yang kugenggam saat mengingat momen itu. Tuhan, tempatkan ia di tempat terbaik di sisi-Mu.
Bener Meriah, 18 Oktober 2020.
Komentar
Posting Komentar